LAPORAN PRAKTIKUM
AVERTEBRATA AIR
PRAKTIKUM VII
(FILUM ECHINODERMATA)

Oleh :
NAMA : ASHAR JUNIANTO
STAMBUK :
I1A1 10 050
P. STUDI :
M S P (B)
KELOMPOK : 2
(DUA)
ASISTEN :
TRI MULYANI
FAKULTAS PERIKANAN DAN ILMU KELAUTAN
UNIVERSITAS HALUOLEO
KENDARI
2011
I. PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Secara harfiah kata Crustacea berasal dari bahasa Latin, yaitu crusta
yang berarti cangkang yang keras. Crustacea
memiliki kerangka eksternal yang keras yang disebut exoskeleton, yang
melindungi mereka seperti baju zirah.
Mereka memiliki lima pasang kaki bersendi, dan di beberapa spesies,
bagian depan kaki sepasang dimodifikasi untuk membentuk penjepit kuat. Crustacea memiliki mata majemuk (terdiri atas
banyak lensa) pada batang-batang dan dua pasang antena, yang membantu mereka
untuk merasakan predator (Anonim,
2011).
Selain itu, dalam filum ini
dikenal mempunyai bentuk tubuh yang memanjang, terdiri dari kepala, dada, dan
abdomen (yang kadang-kadang disebut dengan ekor. Kaki beruas enam. Pada bagian
dua pasang antena, sepasang mata bertangkai, dan lima pasang kaki jalan
sedangkan dekat pada bagian ekor terletak enam pasang kaki renang, sepasang
untuk tiap ruas, sebuah telson dan dua pasang uropod (Romimohtarto dan Juwana,
2007).
Crustacea
mampu hidup di perairan antara lain disebabkan karena anggota badannya yang
bersendi-sendi (bahasa yunani, arthros berarti sambungan atau sendi) sehingga
mudah berjalan atau berenang dengan cepat. Disamping itu, adanya kulit yang
keras (Bahasa romawi, crusta berarti kulit keras atau kerak), adakalanya tebal
dan berduri tidak disukai predator menurut Suwignyo (2005).
Ruas-ruas pembentuk crustacea dapat dibedakan
menjadi kepala, thorax, dan abdomen. Ruas-ruas pembentuk kepela pada semua
crustacea tumbuh menjadi satu, sedangkan penyatuan beberapa ruas thorax atau
ruas abdomen merupakan keadaan biasa. Penyatuan kepala dengan satu, beberapa
atau seluruh thorax disebut cephalothorax, dan biasanya tertutup kerapas
(carapace) di bagian dorsalnya menurut (Anonim, 2011)
Sifat umum kelas ini mencakup
kerangka luar keras dari kitin, yakni polosakarida (polysacharida) majemuk,
suatu jenis karbohidrat. Cangkang dihasilkan oleh epidermis, karena sifatnya yang tak elastis pada saat
mengeras maka ia harus ditinggalkan secara berkala menurut Suwignyo ( 2005).
Sejak tahun 1990 banyak ahli
Zoologi yang membagi kelompok Arthropoda menjadi filum
Onycophora, filum Trilobita, filum Chelicerata, filum Uniramia, dan filum Crustacea. Terdapat sekitar 40.000 spesies hewan dari kelas Crustacea yang mencakup jenis-jenis
Cepopoda berupa udang dan kepiting. Pada dasarnya tubuh Crustacea dapat dibedakan menjadi kepala, thoraks dan abdomen, tiap
ruas tubuh mempunyai sepasang apendiks (anggota badan) yang berjumlah banyak,
namun pada evolusinya terjadi pengurangan jumlah apendik dan perubahan bentuk
susuai fungsinya (Aslan, dkk, 2011).
Berdasarkan
uraian diatas maka perlu dilakukan praktikum untuk mengetahui lebih dalam lagi
tentang filum crustacea dari segi morfologi maupun anatominya dan manfaatnya
dalam kehidupan.
1.2.Tujuan dan Kegunaan
Tujuan dan kegunaan
dari praktikum ini adalah untuk mengetahui bentuk morfologi
dan anatomi serta bagian-bagian dari Crustacea, dapat mengklasifikasikan
Filum Arthropoda khususnya Crustacea dan membedakan jantan dan betina.
Manfaat praktikum sebagai bahan masukan untuk
menambah ilmu pengetahuan dan wawasan serta jenis-jenis mengenai filum
Crustacea.
II.
TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Klasifikasi
Menurut Romimohtarto (2005) klasifikasi udang
windu (Panaeus
monodon) adalah sebagai
berikut :
Kingdom : Animalia
Filum : Arthropoda
Sub
filum : Invertebrata
Class
: Crustacea
Sub class : Malacostraca
Ordo : Decapoda
Famili : Penaeidea
Genus : Panaeus

(Sumber : Dok. Pribadi, 2011)
Gambar 23.
Morfologi Udang windu (panaeus
monodon)
Menurut
Romimohtarto (2005) klasifikasi udang
putih (Panaeus merguensis)
adalah sebagai berikut :
Kingdom :
Animalia
Filum : Arthropoda
Sub
filum : Invertebrata
Class : Crustacea
Class : Crustacea
Ordo : Decapoda
Famili : Penaeidea
Genus
: Panaeus

(Sumber : Dok. Pribadi, 2011)
Gambar
24.
Morfologi Udang Putih (Panaeus
merguensis)
Menurut Romimohtarto (2005) klasifikasi kepiting bakau (Scylla
serata) adalah sebagai berikut :
Kingdom :
Animalia
Filum : Arthropoda
Sub
filum : Invertebrata
Class : Crustacea
Sub class : Malacostraca
Ordo : Decapoda
Famili :
Portunidae
Genus : Scylla

(Sumber : Dok. Pribadi, 2011)
Gambar 25. Morfologi Kepiting
Bakau (Scylla serrata)
Menurut
Romimohtarto (2005) klasifikasi
kepiting rajungan (Portunus pelagicus)
adalah sebagai
berikut :
Kingdom :
Animalia
Filum : Arthropoda
Sub
filum : Invertebrata
Class : Crustacea
Sub class : Malacostraca
Ordo : Decapoda
Famili : Portunidae
Genus : Portunus
Spesies : Portunus pelagicus

(Sumber : Dok. Pribadi, 2011)
Gambar 26. Morfologi
Kepiting Rajungan (Portunus pelagicus)
Menurut
Romimohtarto (2005) klasifikasi udang Lobster (Panulirus sp) adalah sebagai
berikut:
Filum : Crustacea
Ordo : Decapoda
Sub ordo : Reptantia
Famili : Palinuridae
Genus : Panulirus
Spesies : Panulirus spp
Filum : Crustacea
Ordo : Decapoda
Sub ordo : Reptantia
Famili : Palinuridae
Genus : Panulirus
Spesies : Panulirus spp

(Sumber : Dok. Pribadi, 2011)
Gambar 27. Morfologi Lobster
(Panulirus spp)
III. METODE
PRAKTIKUM
3. 1.
Waktu dan Tempat
Praktikum
kali ini dilaksanakan pada hari
Minggu 27 November 2011 pada pukul 15.30-17.30 WITA. Bertempat
di Laboratorium Fakultas Perikanan dan Ilmu Kelautan Universitas Haluoleo
Kendari.
3.2. Alat dan Bahan
Alat dan bahan yang digunakan pada
praktikum filum crustacea
dapat dilihat pada tabel berikut :
Tabel 5. Alat dan Bahan serta kegunaan
No
|
Alat dan Bahan
|
Kegunaan
|
1.
2.
|
Alat :
-
Baki (Disecting pan)
-
Pisau bedah (Scalpel)
-
Alat tulis menulis
-
Pinset (Forceps)
-
Kantung plastik
-
Wadah/toples
-
Alkohol 70 %
Bahan :
-
Udang Windu (Penaeus monodon)
-
Udang putih (Penaeus merguensis)
-
Kepiting Bakau (Scylla serata)
-
Kepiting Rajungan
(Portunus pelagacus)
-
Lobster (Panulirus sp)
|
Wadah menyimpan objek
Memotong dan membedah objek
Menulis dan
menggambar objek.
Mengambil
objek pengamatan
Menyimpan objek pengamatan
Menyimpan objek
pengamatan
Mengawetkan
objek pengamatan
Objek yang
diamati
Objek yang
diamati
Objek yang
diamati
Objek yang
diamati
Objek yang
diamati
|
IV. HASIL DAN PEMBAHASAN
4.1.
Hasil Pengamatan
Hasil pengamatan pada praktikum
kelas Crustacea ini adalah sebagai berikut :
a. Udang Windu (Penaeus monodon)
Keterangan
:
1. Antenula
2. Antena
3. Mata
4. Kaki jalan
5. Kaki
renang
6. Perut
7.
Telson
8. Karapaks
9. Cephalothorax
Gambar 20. Morfologi Udang Windu (Penaeus monodon)
b. Udang Putih (Penaeus merguensis)
Keterangan :
1. Antenula
2. Antena
3. Mata
4. Kaki jalan
5. Kaki
renang
6.
Perut
7. Telson
8. Karapaks
9. Cephalothorax
Gambar 21. Morfologi Udang Putih (Penaeus merguensis)
Keterangan :
1. Arteri Abdominal dorsal
2. Usus
3. jantung
4. Ovarium
5. Lambung Otak
6. Mata Majemuk
7. antena
8. Kelenjar Hijau
9. Mulut
10. Saluran telur
11. Sternum Ventra
12. Sekum
13. Saraf
Ventral
14. arteri Abdominal Ventral
15. Anus
16. Ganglion
Gambar. Anatomi
Udang windu Dan Udang putih
c. Kepiting Bakau (Scylla serrata)
Keterangan :
1. Mata
2. Daktilus aktif
3. karapaks
5.
Kaki Jalan 1
6. Kaki Jalan 2
7. Kaki Jalan 3
8. Kaki renang
9. Daktulus pasif
10. Propondus
11. Carpus
12. Merus
Gambar 22. Morfologi
Kepiting Bakau (Scylla serrata)
d. Kepiting Rajungan (Portunus
pelagicus)
Keterangan :
1.
Mata
2.
Antenna
3.
Capit
4.
Kaki Jalan 1
5.
Kaki jalan 2
6.
Kaki Jalan 3
7.
Kaki renang
8. karapaks
9. Daktilus
aktif
10. Propondus
11. carpus
12. Merus
Gambar 23. Morfologi Kepiting Rajungan (Portunus pelagicus)
e. Lobster ( Panulirus Spp.)
Keterangan
:
1.
Mata
2.
Antenna
3.
Cephalothorax
4.
Kaki Jalan
5. Kaki renang
6. Abdomen
7. Uropod
8. Karapakas
Gambar 24. Morfologi
Lobster (Panulirus spp.)
4.2
Pembahasan
Pada kegiatan praktikum ini kami melakukan pengamatan pada filum
crustacea. Pada filum crustacea ini
terdiri dari udang putih (Penaeus
merguensis) dan udang windu (Penaeus
monodon). kepiting bakau (Scylla
serrata), kepiting rajungan (portunus
pelagicus), dan lobster (panulirus
spp.).
Pada pengamatan udang windu (Penaeus monodon). Bagian badan tertutup oleh 6 ruas, yang satu sama
lainnya dihubungkan oleh selaput tipis. Ada lima pasang kaki renang (pleopoda)
yang melekat pada ruas pertama sampai dengan ruas kelima, sedangkan pada ruas
keenam, kaki renang mengalami perubahan bentuk menjadi ekor kipas (uropoda). Di
antara ekor kipas terdapat ekor yang meruncing pada bagian ujungnya yang
disebut telson. Organ dalam yang bisa diamati adalah usus (intestine) yang
bermuara pada anus yang terletak pada ujung ruas keenam. warna, udang putih agak putih bening.
Perbedaan antara udang jantan dan udang betina yaitu terdapat pada alat
kelaminnya yang berupa thelyum. Hal ini didukung oleh pernyataan Romimohtarto (2005) yang menyatakan bahwa udang windu (Penaeus monodon) mempunyai bagian
badan tertutup oleh 6 ruas, yang satu sama lainnya dihubungkan oleh selaput
tipis.
Pada pengamatan Udang putih (Penaeus merguensis), dapat diketahui bentuk
morfologi dan anatomi yaitu chepalotora,
uropod, perut, karapaks, mata majemuk, kaki jalan, antenulla, kaki renang dan telson.
Tubuh udang dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian kepala dan
bagian badan. Bagian kepala menyatu dengan bagian dada disebut cephalothorax
yang terdiri dari 13 ruas, yaitu 5 ruas di bagian kepala dan 8 ruas di bagian
dada. Bagian badan dan abdomen terdiri dari 6 ruas, tiap-tiap ruas (segmen)
mempunyai sepasang anggota badan (kaki renang) yang beruas-ruas pula. Pada
ujung ruas keenam terdapat ekor kipas 4 lembar dan satu telson yang berbentuk
runcing. Hal ini didukung oleh pernyataan Romimohtarto (2005)
yang menyatakan bahwa tubuh udang putih (Paneus
merguensis) dapat dibagi menjadi dua bagian, yaitu bagian kepala dan bagian
badan. Bagian kepala menyatu dengan bagian dada disebut cephalothorax.
Pada pengamatan Kepiting bakau (Scylla
serrata) dapat diketahui morfologi dan anatominya yaitu ; dactilus, propondus, basis,
mata, Ischium, Merus, Gigi, tarsus, propondus, kaki renang, dactilus, karapaks, propondus, kaki jalan. Untuk membedakan antara kepiting jantan
dan betina kita bisa melihat pada struktur belakang kepiting dimana pada
kepiting jantan ditandai dengan peruncingan pada perutnya atau bagian
dorsalnya, sedangkan untuk betina agak melebar pada bagian dorsalnya . Ukuran kepiting yang ada di alam bervariasi tergantung wilayah
dan musim. Berdasarkan lebar karapasnya, tingkat perkembangan kepiting dapat
dibagi menjadi tiga kelompok :1. Kepiting Juana, lebar karapas 20 mm – 80 mm.
2. Kepiting menjelang dewasa, lebar karapas 70 mm – 150 mm, dan Kepiting
dewasa, lebar karapas 150 mm – 200 mm. Umumnya, kepiting yang berada di wilayah
tropik tingkat kedewasaanya dicapai pada ukuran yang cenderung lebih kecil
dibanding kepiting yang ada di wilayah sub tropik. Kepiting bakau karapasnya
berwarna seperti warna lumpur atau sedikit kehijauan. Panjang karapasnya kurang
lebih dua pertiga dari lebarnya. Permukaan karapasnya hampir semuanya licin
kecuali pada beberapa lekuk bergranula (berbintik kasar). Hal ini didukung oleh
pernyataan Sugiarti (2005) yang menyatakan bahwa kepiting bakau (Scylla serrata) mempunyai morfologi dan anatominya yaitu ; dactilus, propondus, basis,
mata, Ischium, Merus, Gigi, tarsus, propondus, kaki renang, dactilus, karapaks, propondus, kaki jalan.
Pada pengamatan kepiting rajungan (Portunus pelagicus). Kepiting rajungan
memiliki bentuk
tubuh yang lebih ramping dengan capit yang lebih panjang dan karapaksnya memiliki warna yang berbintik-bintik putih. selain itu untuk membedakan yang mana kepiting jantan dan betina bisa
dilihat pada struktur belakang tubuhnya . pada kepiting jantan berbentuk
runcing pada bagian perutnya sedangkan untuk betina ditandai pada bagian
perutnya agak melebar. Kepiting rajungan juga
memiliki Duri
akhir pada kedua sisi kerapasnya relatif lebih panjang dan lebih
runcing. Rajungan hanya hidup pada lingkungan air laut. Dengan melihat warna
dari kerapas dan bentuk karapaksnya, maka dengan mudah dapat dibedakan antara kepiting rajungan dengan kepiting bakau. Hal ini
didukung oleh pendapat Suwignyo (2005) bahwa rajungan (Portunus pelagicus) memiliki karapaks
yang berwarna kusam serta memiliki bintik-bintik putih. Rajungan juga hidup
pada lingkungan air laut.
Pada pengamatan lobster (Panulirus spp.). Tubuh lobster
terbagi dua bagian, yaitu bagian depan dan bagian belakang. Bagian depan terdiri dari bagian kepala dan
dada. Kedua bagian itu disebut chepaalotorax. Kepala udang ditutupi oleh
cangkang kepala, yang disebut carapace. Kelopak kepala bagian depan disebut
rostrum atau cucuk kepala. Bentuknya runcing dan bergerigi. Kepala lobster
terdiri dari enan ruas. Pada bagian itu terdapat beberapa organ lain. Sepasang
mata berada pada ruas pertama. Kedua mata itu memiliki tangkai dan bisa
bergerak. Pada ruas kedua dan ketiga terdapat sungut kecil, yang disebut
antenula, dan sungut besar yang disebut antena. Bagian belakang terdiri dari badan dan
ekor. Kedua bagian itu disebut abdomen. Pada bagian atas abdomen ditutupi
dengan enam buah kelopak. Sedangkan bagian bawahnya tidak tertutu, tetapi
berisi kaki enam kaki renang. Ekor terdiri dari bagian tengah yang disebut telson,
dan bagian samping yang disebut uropda. Hal ini didukung oleh Sugiarti (2005)
yang menyatakan bahwa tubuh lobster terbagi dua bagian, yaitu bagian
depan dan bagian belakang. Bagian depan
terdiri dari bagian kepala dan dada. Kedua bagian itu disebut chepaalotorax.
Kepala udang ditutupi oleh cangkang kepala, yang disebut carapace atau
karapaks.
V. PENUTUP
5.1. Kesimpulan
Berdasarkan hasil pengamatan pada
praktikum kali ini dapat ditarik kesimpulan sebagai berikut :
-
Pada tubuh kepiting bakau (Scylla serrata), kepiting rajungan (Portunus pelagicus) dan lobster
(Panulirus spp.) mempunyai karapaks
yang berfungsi untuk melindungi organ bagian dalam dari tubuh.
-
Kepiting rajungan (Portunus pelagicus) memiliki bentuk tubuh yang lebih
ramping dengan capit yang lebih panjang dan karapaksnya
memiliki warna yang berbintik-bintik putih.
-
Udang putih (Penaeus merguensis), dapat diketahui bentuk morfologi dan anatomi yaitu chepalotora, uropod, perut, karapaks, mata
majemuk, kaki jalan, antenulla, kaki renang dan telson.
-
Pada pengamatan udang windu (Penaeus
monodon) Bagian badan
tertutup oleh 6 ruas, yang satu sama lainnya dihubungkan oleh selaput tipis.
Ada lima pasang kaki renang (pleopoda) yang melekat pada ruas pertama sampai
dengan ruas kelima, sedangkan pada ruas keenam, kaki renang mengalami perubahan
bentuk menjadi ekor kipas (uropoda).
-
Lobster (Panulirus spp.) Tubuh lobster
terbagi dua bagian, yaitu bagian depan dan bagian belakang. Bagian depan terdiri dari bagian kepala dan
dada. Bagian
belakang terdiri dari badan dan ekor.
-
Perbedaan
antara kepiting bakau ataupun rajungan dari segi jantan dan betinanya dapat dilihat pada struktrur bagian perutnya pada
jantan memiliki bentuk dibagian perut meruncing sedangkan betina agak melebar
5.2.
Saran
Saran
yang dapat kami sampaikan pada praktikum ini adalah sebaiknya para praktikan
lebih serius dalam kegiatan
praktikum ini sehingga hasil yang dicapai dapat efektif dan maksimal .
Tidak ada komentar:
Posting Komentar